slide

 photo index3_zpsd2456654.jpg " />  photo unduhan3_zps50d492e1.jpg"/>URL FOTO 2 " />  photo index2_zps7ecd008e.jpg " />  photo index_zpsc10f90d7.jpg " />

Sunday, October 19, 2014

Landasan Teori



A.     Synchronous Digital Heiraki (SDH)
       Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan suatu teknologi yang mempunyai struktur transport secara hierarki dan didesain untuk mengangkut informasi (payload) yang disesuaikan dengan tepat dalam sebuah jaringan transmisi. Transmisi sinkron digital merupakan proses multiplex sinyal tributari secara multiplexing sinkron yang rekontruksi sinyalnya melalui elemen jaringan SDH yaitu : Terminal Multiplexer, Add/Drop Multiplexer (ADM) atau Digital Cross-Connect (DXC) dan akhirnya ditransmisikan melalui jaringan optik. Jaringan transmisi sinkron merupakan usaha untuk menyatukan berbagai hirarki digital yang telah ada dan membentuk hirarki digital baru yang mendukung berbagai jenis pelayanan sinyal kecepatan tinggi dan rendah, sehingga jaringan bisa dikembangkan dari jaringan komunikasi plesiochronous atau Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) yang telah dipakai selama ini sebagai dasarnya, menjadi jaringan Synchronous Digital Heiraki (SDH) yang selanjutnya memultiplex keberadaan tributari PDH dalam metoda sinkron. Synchronous Digital Heiraki (SDH) memiliki 4 level transport sinkron yaitu STM-1, STM-16, STM-32, dan STM-64. Setiap level transport memiliki kecepatan yang berbeda, untuk STM-1 memiliki kecepatan 155Mb/s dan untuk STM-16, STM-32, dan STM-64 memiliki kecapatan STM-n X 155Mb/s.








B.      Synchronous Transport Module (STM)
Gambar 2.1

       STM-1 (Synchronous Transport Module) adalah modul transport sinkron level-1. Sebuah frame tunggal STM-1 di nyatakan terdiri dari 9 baris dan 270 kolom. Frame ini di bentuk dari 2430 byte, setiap byte terdiri dari 8 bit. ADX 100 (Active Digital Cross-Connect) adalah perangkat dari STM-1 (Synchronous Transport Module)  yang berguna untuk mengirimkan data dari kota A ke kota B. Perangkat ADX-100 terdapat 2 jalur untuk menuju perangkat lawan, yaitu SDH dan Point to Point (OTB). Jalur SDH adalah jalur yang jika pada perangkat ADX-100 tidak ada terminasi/sambungan ke perangkat lawan dan dikarenakan jarak yang jauh maka jalur optic ADX-100 harus di sambungkan melalui perangkat DWDM ke perangkat DWDM lawan, dengan catatan pada perangkat DWDM harus ada module STM-1. Jika perangkat DWDM tidak memiliki module STM-1 maka perangkat harus menambahkan slot module terlebih dahulu. Dan untuk jalur Point to Point adalah jalur langsung dari perangkat ke perangkat, jadi kabel Fiber Optic dari ADX-100 ke perangkat lawan tidak memerlukan perangkat perantara (DWDM dan OTB) . Alat ukur yang digunakan untuk mengukur loss persatuan panjang dalam 1 link serat optic dan dapat mengevakuasi sambungan dan konektor yaitu OTDR . (Gambar 2.1)
C.       Komponen-Komponen yang ada pada perangkat ADX-100

Gambar 2.2


1.      Power
       Berguna untuk mengaktifkan perangkat, daya yang diperlukan untuk mengaktifkan perangkat sebesar 48 Volt (Gambar 2.2).
2.      Monitoring/RJ-45
       Berguna untuk menyambungkan kabel RJ-45 ke PC untuk memonitoring perangkat (Gambar 2.2).
3.      Patch Core
       Berguna untuk menyambungkan kabel Fiber Optic ke perangkat (Gambar 2.2).
Pada perangkat ADX 100 terdapat 128 port E1 yang di bagi menjadi 2 bagian, yaitu pada bagian kanan untuk TX (Transmisi) dan bagian kiri untuk RX (Recive).

D.     Alat yang di perlukan untuk pemasangan pada perangkat ADX-100

1.        Insert Tools
       Berguna untuk menyambungkan kabel E1 ke port E1 pada perangkat. Untuk penyambungan pada ADX perangkat menggunakan Insert Tool LSA-Krone (Gambar 2.3)

Gambar 2.3


2.      Loop
       Berguna untuk mengembalikan sinyal TX ke RX, jadi kita bisa mengetahui apakah port E1 di perangkat bisa terhubung dengan E1 pada perangkat lawan.

3.      LED
       Berguna untuk mengetahui apakah E1 yang sudah disambungkan terhubung dengan baik atau tidak. Mengetahuinya dengan cara, jika LED di tempelkan pada port E1, bagian TX (Transmisi) menyala dan pada bagian RX (Recive) mati maka perangkat terhubung baik dengan perangkat lawan. Jika Lampu LED mati pada bagian TX (Transmisi) dan RX (Recive) maka perangkat tidak terhubung baik dengan perangkat lawan.

4.      Patch Core
       Berguna untuk menyambungkan kabel Fiber Optic ke perangkat. Patch Core terdiri dari 3 jenis, yaitu SC, FC, LC.

5.      OTDR (Optical Time-Domain Reflectometer)
       Berguna untuk mengetahui letak gangguan atau kabel putus.

6.      Optical Powermeter
       Berguna untuk mengukur total loss dalam sebuah link optic baik saat pemasangan atau pemeliharaan. Alat ukur daya ini sebagai Receiver.

E.      Kelebihan dan Kekurangan ADX-100

1.      Kelebihan dari ADX-100
a.      Menghemat perangkat ( tidak memerlukan perangkat MUX untuk mengubah dari optic ke E1)
b.      Dapat menyambungkan langsung dari kabel optic langsung ke DDF tanpa memakai MUX sebagai pemacah kabel optic ke E1 .
c.       Restorasi atau pengembalian awal jika ada kegagalan lalu lintas pada jaringan DDF.
d.      Tidak mengganggu tes otomatis pada DDF.
e.      Efisiensi ruangan dan kabel.
2.      Kekurangan dari ADX-100
a.    Harga perangkat ADX-100 cukup mahal.
b.   Cakupan wilayah yang sempit.
c.    Tidak flexible dalam membagi brandwich.



Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

No comments:

Post a Comment