A.
Synchronous Digital Heiraki (SDH)
Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan suatu
teknologi yang mempunyai struktur transport secara hierarki dan didesain
untuk mengangkut informasi (payload) yang disesuaikan dengan tepat dalam
sebuah jaringan transmisi. Transmisi sinkron digital merupakan proses multiplex
sinyal tributari secara multiplexing
sinkron yang rekontruksi sinyalnya melalui elemen jaringan SDH yaitu : Terminal
Multiplexer, Add/Drop Multiplexer (ADM) atau Digital Cross-Connect (DXC)
dan akhirnya ditransmisikan melalui jaringan optik. Jaringan transmisi sinkron
merupakan usaha untuk menyatukan berbagai hirarki digital yang telah ada dan
membentuk hirarki digital baru yang mendukung berbagai jenis pelayanan sinyal
kecepatan tinggi dan rendah, sehingga jaringan bisa dikembangkan dari jaringan
komunikasi plesiochronous atau Plesiochronous
Digital Hierarchy (PDH) yang telah dipakai selama ini sebagai dasarnya,
menjadi jaringan Synchronous Digital
Heiraki (SDH) yang selanjutnya memultiplex keberadaan tributari PDH dalam
metoda sinkron. Synchronous Digital
Heiraki (SDH) memiliki 4 level transport
sinkron yaitu STM-1, STM-16, STM-32, dan STM-64. Setiap level transport memiliki kecepatan yang
berbeda, untuk STM-1 memiliki kecepatan 155Mb/s dan untuk STM-16, STM-32, dan
STM-64 memiliki kecapatan STM-n X 155Mb/s.
B.
Synchronous Transport Module (STM)
Gambar
2.1
STM-1 (Synchronous Transport Module) adalah
modul transport sinkron level-1.
Sebuah frame tunggal STM-1 di nyatakan terdiri dari 9 baris dan 270 kolom. Frame ini di bentuk dari 2430 byte,
setiap byte terdiri dari 8 bit. ADX 100 (Active
Digital Cross-Connect) adalah perangkat dari STM-1 (Synchronous Transport Module)
yang berguna untuk mengirimkan data dari kota A ke kota B. Perangkat
ADX-100 terdapat 2 jalur untuk menuju perangkat lawan, yaitu SDH dan Point to
Point (OTB). Jalur SDH adalah jalur yang jika pada perangkat ADX-100 tidak ada
terminasi/sambungan ke perangkat lawan dan dikarenakan jarak yang jauh maka
jalur optic ADX-100 harus di sambungkan melalui perangkat DWDM ke perangkat
DWDM lawan, dengan catatan pada perangkat DWDM harus ada module STM-1. Jika
perangkat DWDM tidak memiliki module STM-1 maka perangkat harus menambahkan
slot module terlebih dahulu. Dan untuk jalur Point to Point adalah jalur langsung dari perangkat ke perangkat,
jadi kabel Fiber Optic dari ADX-100 ke perangkat lawan tidak memerlukan
perangkat perantara (DWDM dan OTB) . Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
loss persatuan panjang dalam 1 link serat optic dan dapat mengevakuasi
sambungan dan konektor yaitu OTDR . (Gambar 2.1)
C.
Komponen-Komponen
yang ada pada perangkat ADX-100
Gambar 2.2
1. Power
Berguna untuk mengaktifkan perangkat, daya yang diperlukan untuk
mengaktifkan perangkat sebesar 48 Volt (Gambar 2.2).
2. Monitoring/RJ-45
Berguna untuk menyambungkan kabel RJ-45 ke PC untuk memonitoring
perangkat (Gambar 2.2).
3. Patch Core
Berguna untuk
menyambungkan kabel Fiber Optic ke perangkat (Gambar 2.2).
Pada perangkat ADX 100 terdapat 128
port E1 yang di bagi menjadi 2 bagian, yaitu pada bagian kanan untuk TX
(Transmisi) dan bagian kiri untuk RX (Recive).
D.
Alat yang di perlukan untuk pemasangan
pada perangkat ADX-100
1. Insert Tools
Berguna untuk menyambungkan kabel E1 ke port E1 pada perangkat. Untuk
penyambungan pada ADX perangkat menggunakan Insert Tool LSA-Krone (Gambar 2.3)
Gambar 2.3
2. Loop
Berguna untuk mengembalikan sinyal TX ke RX, jadi kita bisa mengetahui
apakah port E1 di perangkat bisa terhubung dengan E1 pada perangkat lawan.
3. LED
Berguna untuk mengetahui apakah E1 yang sudah disambungkan terhubung
dengan baik atau tidak. Mengetahuinya dengan cara, jika LED di tempelkan pada
port E1, bagian TX (Transmisi) menyala dan pada bagian RX (Recive) mati maka
perangkat terhubung baik dengan perangkat lawan. Jika Lampu LED mati pada
bagian TX (Transmisi) dan RX (Recive) maka perangkat tidak terhubung baik
dengan perangkat lawan.
4.
Patch
Core
Berguna untuk menyambungkan kabel Fiber Optic ke perangkat. Patch Core
terdiri dari 3 jenis, yaitu SC, FC, LC.
5.
OTDR
(Optical Time-Domain Reflectometer)
Berguna untuk mengetahui letak gangguan atau kabel putus.
6.
Optical
Powermeter
Berguna untuk mengukur total loss dalam sebuah link optic baik saat
pemasangan atau pemeliharaan. Alat ukur daya ini sebagai Receiver.
E.
Kelebihan dan Kekurangan ADX-100
1. Kelebihan dari ADX-100
a. Menghemat perangkat ( tidak
memerlukan perangkat MUX untuk mengubah dari optic ke E1)
b. Dapat menyambungkan langsung dari
kabel optic langsung ke DDF tanpa memakai MUX sebagai pemacah kabel optic ke E1
.
c. Restorasi atau pengembalian awal jika
ada kegagalan lalu lintas pada jaringan DDF.
d. Tidak mengganggu tes otomatis pada
DDF.
e. Efisiensi ruangan dan kabel.
2. Kekurangan dari ADX-100
a.
Harga
perangkat ADX-100 cukup mahal.
b.
Cakupan
wilayah yang sempit.
c.
Tidak
flexible dalam membagi brandwich.
No comments:
Post a Comment